Asal Usul Aksara Jawa
Di sebuah desa medang
kawit pulau majethi jawa tengah. Hiduplah seorang kestria bernama aji saka. Ia mempunyai
dua orang abdi bernama dora dan sembada.
Aji saka : sembada!
Kemarilah
Sembada : iya tuanku
(menghampiri aji saka)
Aji saka : aku akan pergi
berkelana meninggalkan pulau majethi untuk bertualang.
Dora :
(mendekati aji saka) bila tuan berkenan saya akan ikut menjaga dan menemani perjalanan bersama tuan.
Aji saka :
baiklah. Dora akan ikut bersamaku dan kamu sembada, tetaplah tinggal disini.
Bawalah keris pusaka ini ke pegunungan kendeng dan jangan berikan ke siapapun
kecuali aku sendiri yang mengambilnya. (menyerahkan keris kepada sembada)
Sembada :
baik tuan ! saya berjanji tidak akan memberikan keris ini kepada siapapun.
Di
tengah-tengah perjalanan ketika akan memasuki negeri medang kamulan aji saka mendengar teriakan seorang laki-laki
meminta tolong yang sedang di kejar-kejar oleh beberapa pengawal kerajaan.
Rakyat 1 : Tolong...!
Tolong...!
Aji saka : hei hentikan
perbuatan kalian (menghalangi langkah para pengawal)
Pengawal 1 : hai anak muda,
pergilah dari sini kalau kamu tidak ingin mati
Aji saka : Aku tidak akan
pergi sebelum kalian lepaskan bapak itu
Pengawal 2 :
Berani sekali kau anak muda, baiklah kalau begitu lawanlah kami (terjadilah
pertarungan antara aji saka dengan beberapa pengawal. Aji saka melayangkan
sebuah tentangan yang keras ke kepala pengawal-pengawal tersebut hingga
tersungkur ke tanah dan tidak sadarkan diri).
Aji saka :
Maaf pak! Kalau kami boleh tau mengapa para pengawal itu mengejar-ngejar bapak?
Rakyat 1 :
Sebenarnya saya ingin pergi dari negeri medang kamulan, karna saya takut
menjadi mangsa prabu dewata cengkar. Karna raja kami setiap hari mengincar
rakyatnya untuk disajikan sebagai makananya.
Aji saka :
(terkejut) bagaimana itu bisa terjadi pak?
Rakyat 1 :
begini tuan! Kegemaran prabu dewata cengkar memakan daging manusia berawal dari
ketika seorang juru masak istana teriris jarinya lalu potongan kulit dan
darahnya masuk ke sup yang akan di hidangkan kepada prabu dewata cengkar.
Semnenjak itulah sang prabu menjadi senang makan manusia dan sifatnya pun
berubah menjadi bengis.
Aji saka :
Kami akan pergi ke istana menemui prabu dewata cengkar. Do’a kan aku semoga
berhasil menyelamatkan rakyat medang kamulan dari kebengisan prabu dewata
cengkar.
Rakyat 1 :
baik tuan! Saya akan mendoakan semoga tuan berhasil melawan prabu dewata
cengkar
Dora : apa yang harus kita lakukan tuan?
Aji saka : kamu tunggu diluar saja biarlah
aku sendiri yang menemui raja
Pengawal 3 :
berhenti anak muda (menghalangi langkah aji saka) kamu siapa dan apa tujuan mu
kemari?
Aji saka : saya aji saka dari medang kawit
ingin bertemu dengan sang prabu.
Pengawal 4 : hai anak muda, apakah kamu tidak
takut di mangsa sang prabu?
Aji saka :
ketahuilah tuan-tuan! Justru tujuan saya datang kemari adalah untuk menyerahkan
diri saya kepada sang prabu untuk dimangsa.
Pengawal 3 & 4 : (terkejut)
Pengawal 4 :
baikah ku izinkan kamu untuk masuk menemui sang prabu
Di dalam istana prabu dewata cengkar sedang murka karena
patih jugul muda tidak membawa mangsa untuknya
Prabu dewata cengkar : mengapa kamu kembali
dengan tangna kosong? Dimana manusia yang akan menjadi santapan ku.
Patih jugul muda : Ampun
tuanku! Saya tidak berhasil membawa manusia untuk di mangsa
Prabu dewata cengkar : aku tidak mau tau kamu
harus mencari lagi sampai mendapatkan mangsa ku. Jangan kembali sebelum
mendapatkannya.
Patih jugul muda : baik tuan!
Prabu dewata cengkar : hai anak muda, siapa
kamu?
Aji saka :
Ampun sang prabu! Jika tuan berkenan hamba siap menjadi santapan tuan hari ini.
Prabu dewata cengkar :hahaha akhirnya aku
dapatkan makanan ku. Dengan senang hati aku akan memakan mu. Pengawal ! cepat
tangkap pemuda ini untuk di potong-potong dan segeralah hidangkan kepada ku.
Pengawal 5 : baik
tuan! (menuju arah aji saka)
Aji saka :
(mundur dua langkah) Ampun gusti prabu, sebelum di tangkap hamba punya satu
permintaan.
Prabu dewata cengkar : apa permintaan mu cepat
katakan. Aku sudah tidak sabar untuk segera memakan mu.
Aji saka :
hamba mohon imbalan sebidang tanah seluas sorban hamba ini. (menunjukkan sorban
yang dibawa)
Prabu dewata cengkar : hahaha cuman seluas
sorban saja yang kamu minta? Baiklah permintaan mu aku kabulkan. Cepat gelarlah
sorban mu itu.
Aji saka :
baik tuan! (menggelar sorban)
Sorban aji saka terus menerus memanjang dan meluas hingga
meliputi seluruh wilayah medang kamulan hingga sampai di pantai laut selatan.
Prabu dewata cengkar : bagaimana mungkin
sebuah sorban bisa memanjangdan meluas seperti ini. (mundur-mundur dan terus
mundur sampai di tepi laut selatan)
Aji saka :
(mengibaskan sorban kearah prabu)
Prabu dewata cengkar : (terlempar ke laut dan berubah jadi buaya putih) mengapa tubhku
berubah jadi buaya? Apa yang telah kamu lakukan kepada ku.
Aji saka :
inilah ganjaran yang setimpal untuk mu karna telah memakan rakyat mu sendiri.
Prabu dewata cengkar : aku tidak bisa
mengembalikan wujudmu (pergi meninggalkan buaya putih)
Seluruh rakyat negeri medang kamulan kembali dari tempat
pengungsian mereka. Kemudian aji saka dinobatkan menjadi raja menggantikan
prabu dewata cengkar dengan julukan prabu anom aji saka. Setelah beberapa hari
di instana, aji saka mengutus dora untuk mengambilkan keris pusaka yang di jaga
oleh sembada.
Aji saka :
dora! Pergilah ke pegunungan kendeng untuk mengambil keris pusaka yang ku titipkan
kepada sembada. Bilang kepadanya bahwa aku yang menyuruhmu.
Dora : baik
tuan! Hamba memohon diri.
Sembada :
dora sahabatku! (berlari kearah dora ) bagaimanakah kabar mu kita sudah lama
tidak bertemu (saling rangkul)
Dora : aku
baik-baik saja. Akan ku sampaikan maksud kedatangan ku kemari
Semada :
ceritakan apa tujuan mu datang kemari?
Dora :
bagini sahabatku! Kini tuan aji saka telah menjadi raja di negeri medang
kamulan . beliau mengutusku untuk mengambil keris yang dititpkan kepada mu
untuk dibawa keistana.
Sebada :
tidak sabahatku! Aku tidak akan memberikan keris ini kepada siapun.
Dora :
berikanlah keris pusaka itu padaku. Aku tidak
akan kembali seblum membawa keris itu.
Sembada :
tuan aji saka telah berpesan padaku untuk tidak memberikan keris pusaka ini
kepada siapaun kecuali beliau sendiri yang mengambilnya.
Dora :
mengapa kau bersikeras, tuan aji saka sendirilah yang mengutusku untuk
mengambil keris pusaka itu.
Sembada :
tidak akan ku berikan keris ini kepada mu. Aku lebih baik mati dari pada menghianati
perintah tuan aji saka.
Dora :
baiklah sembada, kalau itu mau mu maka bertarunglah dengan ku. (dora dan
sembada saling bertarung tanpa ada yang mau mengalah dan akhirnya mati secara
bersamaan)
Aji saka :
(bergumam) apa yang terjadi pada mereka berdua? Sudah dua hari dora belum juga
kembali untuk mengambilkan keris pusaka ku kepada sembada.
Pelayan 1 :
sepertinya tuan sedang gelisah, apa yang sedang tuanku pikirkan?
Aji saka :
aku sedang memikirkan abdi qu yang bernama dora. Ia aku suruh mengambil pusaka
qu kepada abdi ku satunya yaitu sembada. Sampai sekarang dora belum juga
kembali.
Pelayan 2 :
apa tidak sebaiknya tuanku menyuruh para pengawal untuk menjemput abdi tuan?
Aji saka :
tidak. Aku akan pergi ke pegunungan kendeng sendiri untuk menjemput para abdi
ku.
Pelayan 2 :
baiklah tuan, jika itu kehendak tuan.
Aji saka :
kalian jaga istana ini dengan baik. Aku akan segera kembali (bergegas pergi)
Setelah berhari-hari melakukan perjalanan, sampailah aji saka
ke medang kawit, akan tetapi ia tidak menemui kedua abdinya tersebut.
Aji saka :
pak saya mau tanya, apakah bapak tau dua abdi saya yang bernama dora dan
sembada? Karna aku sedang mencari-cari mereka di desa ini tapi tidak
menemukannya.
Rakyat 3 :
saya tau tuan! Kemarin saya melihat mereka sedang bertarung mati-matian mempertahankan
tanggung jawab dan pendapat mereka masing-masing. Mereka ingin membuktikan
kesetiaan mereka kepada tuan, akhirnya mereka mati secara bersamaan.
Aji saka :
bisakah bapak tunjukkan kepada ku dimana mereka di makamkan
Rakyat 3 :
baiklah akan saya tunjukkan (berjalan ke pemakaman)
Aji saka :
Dora! Sembada! Maafkan aku yang telah memberi kalian amanah yang bertentangan.
Kalian sungguh abdi ku yang setia. Untuk mnegenang kesetiaan kalian berdua aku
akan membuat aksara jawa (mengukir huruf aksara jawa di sebuah batu besar dan
di letakkan di sebelah makam dora dan sembada yang bertulisan HANACARAKA
DATASAWALA PADHAJAYANYA MAGABHATHANGA)
selesai