Selasa, 03 Oktober 2017

Contoh naskah Drama Asal Usul Aksara Jawa

03 oktober 2017




Asal Usul Aksara Jawa

            Di sebuah desa medang kawit pulau majethi jawa tengah. Hiduplah seorang kestria bernama aji saka. Ia mempunyai dua orang abdi bernama dora dan sembada.
Aji saka           : sembada! Kemarilah
Sembada         : iya tuanku (menghampiri aji saka)
Aji saka           : aku akan pergi berkelana meninggalkan pulau majethi untuk bertualang.
Dora                : (mendekati aji saka) bila tuan berkenan saya akan ikut menjaga dan menemani      perjalanan bersama tuan.
Aji saka           : baiklah. Dora akan ikut bersamaku dan kamu sembada, tetaplah tinggal disini. Bawalah keris pusaka ini ke pegunungan kendeng dan jangan berikan ke siapapun kecuali aku sendiri yang mengambilnya. (menyerahkan keris kepada sembada)
Sembada         : baik tuan ! saya berjanji tidak akan memberikan keris ini kepada siapapun.
                                    Di tengah-tengah perjalanan ketika akan memasuki negeri medang kamulan  aji saka mendengar teriakan seorang laki-laki meminta tolong yang sedang di kejar-kejar oleh beberapa pengawal kerajaan.
Rakyat 1          : Tolong...! Tolong...!
Aji saka           : hei hentikan perbuatan kalian (menghalangi langkah para pengawal)
Pengawal 1      : hai anak muda, pergilah dari sini kalau kamu tidak ingin mati
Aji saka           : Aku tidak akan pergi sebelum kalian lepaskan bapak itu
Pengawal 2      : Berani sekali kau anak muda, baiklah kalau begitu lawanlah kami (terjadilah pertarungan antara aji saka dengan beberapa pengawal. Aji saka melayangkan sebuah tentangan yang keras ke kepala pengawal-pengawal tersebut hingga tersungkur ke tanah dan tidak sadarkan diri).
Aji saka           : Maaf pak! Kalau kami boleh tau mengapa para pengawal itu mengejar-ngejar bapak?
Rakyat 1          : Sebenarnya saya ingin pergi dari negeri medang kamulan, karna saya takut menjadi mangsa prabu dewata cengkar. Karna raja kami setiap hari mengincar rakyatnya untuk disajikan sebagai makananya.
Aji saka           : (terkejut) bagaimana itu bisa terjadi pak?
Rakyat 1          : begini tuan! Kegemaran prabu dewata cengkar memakan daging manusia berawal dari ketika seorang juru masak istana teriris jarinya lalu potongan kulit dan darahnya masuk ke sup yang akan di hidangkan kepada prabu dewata cengkar. Semnenjak itulah sang prabu menjadi senang makan manusia dan sifatnya pun berubah menjadi bengis.
Aji saka           : Kami akan pergi ke istana menemui prabu dewata cengkar. Do’a kan aku semoga berhasil menyelamatkan rakyat medang kamulan dari kebengisan prabu dewata cengkar.
Rakyat 1                      : baik tuan! Saya akan mendoakan semoga tuan berhasil melawan prabu dewata cengkar
Dora                            : apa yang harus kita lakukan tuan?
Aji saka                       : kamu tunggu diluar saja biarlah aku sendiri yang menemui raja
Pengawal 3                  : berhenti anak muda (menghalangi langkah aji saka) kamu siapa dan apa tujuan mu kemari?
Aji saka                       : saya aji saka dari medang kawit ingin bertemu dengan sang prabu.
Pengawal 4                  : hai anak muda, apakah kamu tidak takut di mangsa sang prabu?
Aji saka                       : ketahuilah tuan-tuan! Justru tujuan saya datang kemari adalah untuk menyerahkan diri saya kepada sang prabu untuk dimangsa.
Pengawal 3 & 4           : (terkejut)
Pengawal 4                  : baikah ku izinkan kamu untuk masuk menemui sang prabu
Di dalam istana prabu dewata cengkar sedang murka karena patih jugul muda tidak membawa mangsa untuknya
Prabu dewata cengkar : mengapa kamu kembali dengan tangna kosong? Dimana manusia yang akan menjadi santapan ku.
Patih jugul muda         : Ampun tuanku! Saya tidak berhasil membawa manusia untuk di mangsa
Prabu dewata cengkar : aku tidak mau tau kamu harus mencari lagi sampai mendapatkan mangsa ku. Jangan kembali sebelum mendapatkannya.
Patih jugul muda         : baik tuan!
Prabu dewata cengkar : hai anak muda, siapa kamu?
Aji saka                       : Ampun sang prabu! Jika tuan berkenan hamba siap menjadi santapan tuan hari ini.
Prabu dewata cengkar :hahaha akhirnya aku dapatkan makanan ku. Dengan senang hati aku akan memakan mu. Pengawal ! cepat tangkap pemuda ini untuk di potong-potong dan segeralah hidangkan kepada ku.
Pengawal 5                  : baik tuan! (menuju  arah aji saka)
Aji saka                       : (mundur dua langkah) Ampun gusti prabu, sebelum di tangkap hamba punya satu permintaan.
Prabu dewata cengkar : apa permintaan mu cepat katakan. Aku sudah tidak sabar untuk segera memakan mu.
Aji saka                       : hamba mohon imbalan sebidang tanah seluas sorban hamba ini. (menunjukkan sorban yang dibawa)
Prabu dewata cengkar : hahaha cuman seluas sorban saja yang kamu minta? Baiklah permintaan mu aku kabulkan. Cepat gelarlah sorban mu itu.
Aji saka                       : baik tuan! (menggelar sorban)
Sorban aji saka terus menerus memanjang dan meluas hingga meliputi seluruh wilayah medang kamulan hingga sampai di pantai laut selatan.
Prabu dewata cengkar : bagaimana mungkin sebuah sorban bisa memanjangdan meluas seperti ini. (mundur-mundur dan terus mundur sampai di tepi laut selatan)
Aji saka                       : (mengibaskan sorban kearah prabu)
Prabu dewata cengkar : (terlempar ke laut dan berubah jadi buaya putih) mengapa tubhku berubah jadi buaya? Apa yang telah kamu lakukan kepada ku.
Aji saka                       : inilah ganjaran yang setimpal untuk mu karna telah memakan rakyat mu sendiri.
Prabu dewata cengkar : aku tidak bisa mengembalikan wujudmu (pergi meninggalkan buaya putih)
Seluruh rakyat negeri medang kamulan kembali dari tempat pengungsian mereka. Kemudian aji saka dinobatkan menjadi raja menggantikan prabu dewata cengkar dengan julukan prabu anom aji saka. Setelah beberapa hari di instana, aji saka mengutus dora untuk mengambilkan keris pusaka yang di jaga oleh sembada.
Aji saka                       : dora! Pergilah ke pegunungan kendeng untuk mengambil keris pusaka yang ku titipkan kepada sembada. Bilang kepadanya bahwa aku yang menyuruhmu.
Dora                            : baik tuan! Hamba memohon diri.
Sembada                     : dora sahabatku! (berlari kearah dora ) bagaimanakah kabar mu kita sudah lama tidak bertemu (saling rangkul)
Dora                            : aku baik-baik saja. Akan ku sampaikan maksud kedatangan ku kemari
Semada                       : ceritakan apa tujuan mu datang kemari?
Dora                            : bagini sahabatku! Kini tuan aji saka telah menjadi raja di negeri medang kamulan . beliau mengutusku untuk mengambil keris yang dititpkan kepada mu untuk dibawa keistana.
Sebada                        : tidak sabahatku! Aku tidak akan memberikan keris ini kepada siapun.
Dora                            : berikanlah keris pusaka itu padaku. Aku tidak  akan kembali seblum membawa keris itu.
Sembada                     : tuan aji saka telah berpesan padaku untuk tidak memberikan keris pusaka ini kepada siapaun kecuali beliau sendiri yang mengambilnya.
Dora                            : mengapa kau bersikeras, tuan aji saka sendirilah yang mengutusku untuk mengambil keris pusaka itu.
Sembada                     : tidak akan ku berikan keris ini kepada mu. Aku lebih baik mati dari pada menghianati perintah tuan aji saka.
Dora                            : baiklah sembada, kalau itu mau mu maka bertarunglah dengan ku. (dora dan sembada saling bertarung tanpa ada yang mau mengalah dan akhirnya mati secara bersamaan)
Aji saka                       : (bergumam) apa yang terjadi pada mereka berdua? Sudah dua hari dora belum juga kembali untuk mengambilkan keris pusaka ku kepada sembada.
Pelayan 1                     : sepertinya tuan sedang gelisah, apa yang sedang tuanku pikirkan?
Aji saka                       : aku sedang memikirkan abdi qu yang bernama dora. Ia aku suruh mengambil pusaka qu kepada abdi ku satunya yaitu sembada. Sampai sekarang dora belum juga kembali.
Pelayan 2                     : apa tidak sebaiknya tuanku menyuruh para pengawal untuk menjemput  abdi tuan?
Aji saka                       : tidak. Aku akan pergi ke pegunungan kendeng sendiri untuk menjemput para abdi ku.
Pelayan 2                     : baiklah tuan, jika itu kehendak tuan.
Aji saka                       : kalian jaga istana ini dengan baik. Aku akan segera kembali (bergegas pergi)
Setelah berhari-hari melakukan perjalanan, sampailah aji saka ke medang kawit, akan tetapi ia tidak menemui kedua abdinya tersebut.
Aji saka                       : pak saya mau tanya, apakah bapak tau dua abdi saya yang bernama dora dan sembada? Karna aku sedang mencari-cari mereka di desa ini tapi tidak menemukannya.
Rakyat 3                      : saya tau tuan! Kemarin saya melihat mereka sedang bertarung mati-matian mempertahankan tanggung jawab dan pendapat mereka masing-masing. Mereka ingin membuktikan kesetiaan mereka kepada tuan, akhirnya mereka mati secara bersamaan.
Aji saka                       : bisakah bapak tunjukkan kepada ku dimana mereka di makamkan
Rakyat 3                      : baiklah akan saya tunjukkan (berjalan ke pemakaman)
Aji saka                       : Dora! Sembada! Maafkan aku yang telah memberi kalian amanah yang bertentangan. Kalian sungguh abdi ku yang setia. Untuk mnegenang kesetiaan kalian berdua aku akan membuat aksara jawa (mengukir huruf aksara jawa di sebuah batu besar dan di letakkan di sebelah makam dora dan sembada yang bertulisan HANACARAKA DATASAWALA PADHAJAYANYA MAGABHATHANGA)



selesai